Pengemis,
pengamen, pengangguran dikaitkan ke dalam kegiatan perekonomian
Gelandangan dan Pengemis (GEPENG) adalah orang-orang yang
hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam
masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang
tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum dan mendapatkan
penghasilan dengan meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan
untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain.
Pengamen
atau sering disebut pula sebagai penyanyi jalanan (Inggris: street singers), sementara
musik-musik yang dimainkan umumnya disebut sebagai Musik Jalanan.
Pengertian antara musik jalanan dengan penyanyi jalanan secara
terminologi tidaklah sederhana, karena musik jalanan dan penyanyi jalanan
masing-masing mempunyai disiplin dan pengertian yang spesifik bahkan
dapat dikatakan suatu bentuk dari sebuah warna musik yang berkembang di dunia
kesenian.
Perkembangan pengamen telah ada
sejak abad pertengahan terutama di Eropa bahkan di kota lama London terdapat
jalan bersejarah bagi pengamen yang berada di Islington, London, pada saat itu
musik di Eropa berkembang sejalan dengan penyebaran musik keagamaan yang
kemudian dalam perkembangannya beberapa pengamen merupakan sebagai salah-satu
landasan kebudayaan yang berpengaruh dalam kehidupan umat manusia.
Pengangguran
atau tuna karya adalaha istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak.
Hal ini merupakan salah satu permasalahan dalam ekonomi yang paling sulit
diselesaikan sampai detik ini, apalagi untuk Negara-negara berkembang seperti
Indonesia. Bila kita lihat dari tahun ke tahun, jumlah pengangguran justru
makin banyak bukannya makin sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan
ekonomi yang sudah ada tidak sanggup untuk menciptakan kesempatan kerja yang
lebih cepat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk yang makin pesat.
Dikaitkan ke dalam kegiatan perekonomian dari
pengemis, pegamen dan penganguran.
Pengemis adalah orang-orang yang
hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam
masyarakat setempat, serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan mereka
meminta-minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan
belas kasihan dari orang lain. Salah satu area yang rawan gepeng adalah Lampu
merah dekat Ramayana Aksara. Tempat itu mereka melakukan kegiatannya karena
merupakan tempat yang ramai dan memungkinkan untuk mendapat uang yang banyak
melalui meminta-minta, mengamen dan lain-lain. Dari sekian faktor yang ada, ada
5 faktor yang menjadi penyebab adanya gelandangan di Aksara yaitu Urbanisasi,
Keterampilan, Pendidikan, Kelemahan Fisik dan Lingkungan. Hal itu menjadi dasar
yang membuat orang-orang tersebut terpaksa menjadi Gepeng. Dampak yang
ditimbulkan oleh mereka sangat meresahkan masyarakat, mulai dari masalah
lingkungan, kependudukan, keamanan dan ketertiban serta kriminalitas.
Sebaiknya pemerintah agar
memperhatikan gelandangan dan pengemis dengan memberikan bimbingan bukan dengan
penangkapan secara keras, karena bagaimana pun juga mereka adalah anak bangsa
yang mempunyai hak untuk mendapatkan hidup layak serta pendidikan dan
perhatian, karena kami yakin jika mereka di berikan kesempatan untuk mendapat
pendidikan dan perekonomian yang baik tentunya kelak mereka dapat mengaharumkan
nama Negara dan bangsa dan juga dapat mengurangi permasalahan sosial yangt
erjadi di Indonesia saat ini. Kami juga menghimbau kepada keluarga agar dapat
memberikan pola asuh yang baik,sehingga tidak mendorong anak-anak penerus
bangsa terjerumus didalam kehidupan sosial yang menyimpang. Upaya
penanggulangan akan lebih baik lagi jika pemerintah menyediakan panti sosial yang mempunyai program dalam bidang pelayanan
rehabilitasi dan pemberian bimbingan keterampilan (workshop) bagi gelandangan
dan pengemis sehingga mereka dapat mandiri dan tidak kembali menggelandang dan
mengemis, dll.
Pengamen yang mempunyai kegiatan ekonomi sebagai pekerja di
jalan atau disebut juga dengan Childre On
The Street, namun masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua
mereka. Sebagian penghasilan mereka dijalan diberikan kepada orang tuanya
(Soedijar, 1984; Sanusi,1995). Fungsi anak jalanan pada kategori ini adalah
untuk membantu memperkuat penyangga ekonomi keluarganya karena beban atau
tekanan kemiskinan yang mesti ditanggung tidak dapat diselesaikan sendiri oleh
kedua orang tuanya dengan cara bekerja sebagai pengamen dijalanan yang
dikategorikan kepada jenis pengamen jalanan pemalak / penebar teror. Jika dikaitkan dengan kegiatan ekonomi, maka kegiatan ngamen juga
ada yang memang menggantungkan hidupnya kepada kegiatan ini akibat susahnya
mendapatkan pekerjaan yang layak di kota-kota besar, namun tidak dipungkiri
juga ada juga pengamen yang menyatakan dirinya sebagai pengungkapan ekspresi
belaka. Meskipun demikian, namun imej di masyarakat pengamen selama ini
dianggap sebagai orang yang tidak punya pekerjaan, kualitas rendah dan
mengandalkan kenekatan belaka karena tidak ada pilihan lain. Bahkan pengamen
sering dianggap sebagai pengemis hingga orang brengsek.
Pengangguran,
Perekonomian Indonesia sejak krisis ekonomi pada
pertengahan 1997 membuat kondisi ketenagakerjaan Indonesia ikut memburuk. Sejak
itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga tidak pernah mencapai 7-8 persen.
Padahal, masalah pengangguran erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. Jika
pertumbuhan ekonomi ada, otomatis penyerapan tenaga kerja juga ada. Setiap
pertumbuhan ekonomi satu persen, tenaga kerja yang terserap bisa mencapai 400
ribu orang. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3-4 persen, tentunya hanya
akan menyerap 1,6 juta tenaga kerja, sementara pencari kerja mencapai rata-rata
2,5 juta pertahun. Sehingga, setiap tahun pasti ada sisa pencari kerja yang
tidak memperoleh pekerjaan dan menimbulkan jumlah pengangguran di Indonesia
bertambah.
Angka pengangguran
di Indonesia pada 2010 diperkirakan masih akan berada di kisaran 10 persen. Target
pertumbuhan ekonomi yang hanya sebesar 5,5 persen dinilai tidak cukup untuk
menyerap tenaga kerja di usia produktif. "Anggaran belanja negara yang
kurang dalam peningkatan infrastruktur jelas tidak bisa menekan angka
pengangguran. Jenis dan macam pengangguran pun ada beberapa, di antaranya
adalah: Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment), Pengangguran
Struktural (Structural Unemployment), Pengangguran Musiman (Seasonal
Unemployment), dan Pengangguran Siklikal.
Dalam makalah ini
akan diulas sebagian kecil masalah pengangguran di Indonesia dan memberikan
sedikit bantuan solusi yang diharapkan akan membantu dalam menanggulangi
masalah perekonomian pengangguran di Indonesia.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar